Sebagai negara demokrasi juga
berpenduduk mayoritas muslim, bangsa indonesia
memang dilanda cobaan yang besar pada setiap tahun politik yang dilalui.
Ahmad syafi’i maarif atau kerap disapa buya syafi’i sebagai sosok intelektual
dan cendekiawan muslim ikut menyoroti semakin ramainya pemberitaan mengenai
pemilu serentak yang ada di media sosial dari postingan ujaran kebencian hingga
harapan positif bagi bangsa ini. Beliau mengaku jika kondisi ini membuat umat
islam terpecah karena politik, maka indonesia tidak belajar dari sejarah besar
perang saudara umat islam yang terjadi pasca nabi muhammad saw wafat yaitu
perang unta pada 656 m, bahkan mungkin tidak mendapat pelajaran pada pemilu
2014 lalu. “islam dikatakan dalam al-quran sebagai pemenang, tapi miris
kenyataanya sekarang semenjak nabi wafat banyak perang saudara dikarenakan haus
politik akan kekuasaan. Politik berkotak-kotak memecah belah islam, agama
dijadikan sebagai senjata politik, menyeret tuhan ke dalam kebencian serta
politik kotor pemilu. Ini sangat memprihatinkan dan sangat disesalkan,” ungkap
buya syafi’i dalam bedah buku karya beliau berjudul ‘krisis arab dan masa depan
dunia islam’ di gedung pascasarjana umy pada jum’at (1/3). Bedah buku tersebut
digelar sebagai rangkaian acara milad ke-38 umy. Di dalam buku tersebut buya
menuangkan kegelisahanya, juga kepedulian beliau terhadap masa depan islam di
dunia. Curahan buya dalam buku ini adalah kegelisahan beliau mengenai agama
yang dipakai untuk tujuan politik. Politik kekuasaanlah yang menjadi faktor
utama mengapa arab waktu itu mengalami kehancuran dalam mempraktikan
nilai-nilai islam dengan membangun peradaban negara di atas mayat saudaranya.
“jangan sampai indonesia seperti itu, merupakan kepahitan yang amat dalam jika
terjadi,” tuturnya. Jelang pilpres 2019 mendatang, buya meminta masyarakat
indonesia untuk sabar dalam berdemokrasi dengan menjaga persatuan bangsa dan
negara. Beliau mengingatkan pemilu itu merupakan pesta rakyat setiap 5 tahun
sekali, jangan sampai hal ini membuat negara terpecah selamanya. Menurutnya
dengan islam seharusnya kita lebih sabar menghadapi setiap isu politik. “jangan
terlalu serius menyikapi tahun politik ini apalagi jika hanya karena berbeda
pilihan. Toh setiap 5 tahun sekali kalau tidak cocok ya ganti. Jangan sampai
indonesia hancur. Banyaknya berita hoax hingga ujaran kebencian dalam berpolitik
ini mengartikan peradaban sedang merosot. Jangan terlalu serius lah, demokrasi
itu melatih kita untuk bersabar,” tutup buya.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment